Sabtu, 15 Mei 2010

nilai Ujian Tengah Semester Perencanaan Pembelajaran Fisika

nilai UTS m.k Perenc Pemb Fis
07310160 : 2,6
07310504 : 2,6
07311751 : 2,2
07311195 : 1,4
07310169 : 1,0
07311106 : -
07310056 : 2,0
07310220 : 1,0
07310148 : -
07311369 : -
07311017 : -
07310058 : 2,4
07311444 : 2,4
07310311 : 2,6
07311847 : 1,8
07310782 : 1,6
07301083 : 1,8
07310192 : 2,2
07310932 : 1,8
07310819 : 1,6
07311115 : 1,2
07310726 : 2,0
07310110 : -
07310294 : 2,0
07310219 : 1,8

Minggu, 02 Mei 2010

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN ANAK

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR
PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN ANAK
Oleh : Aswin H Mondolang

A. PENDAHULUAN
Ada ungkapan bahwa seorang anak yang baru dilahirkan bagaikan kertas putih bersih. Ungkapan itu mengartikan bahwa anak tersebut belum “tercemar” dari lingkungannya dan dia siap untuk menerima segala “warna-warni” kehidupannya. Namun perlu diingat juga bahwa seorang anak yang dilahirkan telah dilengkapi oleh Sang Pencipta dengan bakat yang beraneka ragam sesuai kehendak Sang Ilahi..
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa setiap manusia telah memiliki faktor –faktor bawaan yang bersifat internal yang turut mempengaruhi karakter dan kepribadiannya, namun yang tidak harus dilupakan adalah factor-faktor eksternalnya yaitu lingkungan kehidupannya seperti keluarga, masyarakat, termasuk di dalamnya sekolah atau lembaga pendidikan yang juga turut mempengaruhi karakter dan kepribadiannya.
Berbicara mengenai lembaga pendidikan, maka tidak terlepas dari makna dan arti pendidikan sebagai “usaha sadar untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan terjadi perkembangan optimal dari potensi yang dibawa lahir peserta didik sejak dini” (Semiawan dalam Sujiono, 2009). Karena merupakan suatu usaha sadar, maka untuk menyediakan suatu lembaga pendidikan yang diuntukkan bagi para anak yang berusia dini, pemerintah dan masyarakat turut andil dalam tanggung jawab tersebut.
Adalah suatu kebahagiaan dan keajaiban, karena selama kurang lebih 50 tahun Indonesia merdeka, pendidikan yang dikhususkan untuk anak-anak berusia dini belum diperhatikan, maka sejak dekade ini telah berkembang dengan pesatnya suatu lembaga pendidikan yang dikhususkan bagi para anak yang berusia dini yang lebih dikenal dengan nama Pendidikan Anak Usia Dini yang disingkat PAUD. Dalam perkembangannya yang sangat pesat ini tanggung jawab dalam menumbuh-kembangkan PAUD yang berkualitas telah dilaksanakan bukan saja oleh pemerintah (formal) tetapi telah merambah sampai kepada kesadaran yang murni dari masyarakat (non formal). Artinya tanggung jawab dalam membina perkembangan pendidikan bagi anak usia dini telah mengalami perkembangan yang pesat, atau dapat dikatakan telah mengalami perubahan paradigma dari pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua telah meluas menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Dengan kata lain PAUD telah menjadi tanggung jawab bersama, orang tua, masyarakat dan pemerintah sebagai suatu dasar yang kokoh dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
B. SIAPA ANAK USIA DINI ?
Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa pemerintah dan masyarakat juga turut berperan atas perkembangan PAUD, dan sebagai bukti kongkrit dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah diakomodir dalam pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”.
Juga dalam Bab I pasal 1 ayat 14 USPN (dalam Sujiono, 2009); ditegaskan lagi bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak-anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Tentu saja bukan sekedar mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan dasar tetapi lebih jauh daripada itu adalah dalam upaya membentuk karakter dan kepribadian anak yang baik.
C. APA LANDASAN PAUD
Pelaksanaan PAUD sebagaimana telah diungkapkan di atas tentunya merupakan bagian dari usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana di atur dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Tujuan Pendidikan Nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Di dalamnya tentu sudah tertuang mengenai pembentukan karakter dan kepribadian anak sebagai bagian dari masyarakat Indonesia.
Di negara Republik Indonesia segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan banyak orang (umum) perlu ada landasan yang legal agar pelaksanaannya sesuai dengan aturan atau ketentuan yang diakui bersama. Oleh sebab itu Pendidikan Anak Usia Dini memiliki landasan, yaitu sebagai berikut :
1. Landasan Yuridis .
Sebagaimana telah di singgung di atas bahwa pelaksanaan PAUD berlandaskan pada Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 14; dan pada pasal 28 tentang PAUD dinyatakan bahwa (1) PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal, (3) PAUD jalur pendidikan formal : TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) PAUD jalur pendidikan non formal : KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) PAUD jalur pendidikan informal : pendidikan keluarga atau endidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai PAUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Juga dalam UU RI Nomor 23 tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
2. Landasan fisolofis dan religi.
PAUD pada dasarnya berkembang dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai filosofi dan religius dimana dia bertumbuh berkembang. Ungkapan yang mengatakan bahwa seorang anak yang baru lahir bagaikan kertas putih adalah suatu pandangan yang sangat dilandasi oleh landasan filosofi dan religius, karena yang akan “mewarnai” karakter dan kepribadiannya adalah lingkungan dimana dia bertumbuh dan berkembang. PAUD juga sangat berhubungan dengan nilai-nilai yang berada dalam lingkungannya seperti faktor agama, budaya, adat istiadat, dan social.
D. APA ISI PELAKSANAAN PAUD
Yang dimaksudkan dengan apa isi pelaksanaan PAUD adalah materi pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam proses atau program kegiatan belajar bagi anak. Tentunya program kegiatan belajar bagi anak, apakah itu TK, RA ataupun KB, dan TPA seharusnya diarahkan untuk pembentukan karakter dan kepribadian anak. Montessori dalam Hainstock yang dikutib oleh Sujiono (2009 : 202) mengatakan bahwa masa anak usia dini merupakan periode yang sensitif (sensitive periods), dan selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Oleh karena itulah maka pada masa yang penting ini isi dari program kegiatan belajar haruslah dirancang dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan pemberian pengalaman belajar yang membawa anak pada pembentukan pribadi yang baik.
Apa yang dirancang dan yang akan dilaksanakan dalam program kegiatan belajar PAUD sebagai suatu lembaga yang formal maupun non formal harus tertuang dalam kurikulum yang tentunya secara khusus dirancang dan dikembangkan bagi PAUD. Untuk itu dalam menghasilkan kurikulum yang berisi materi-materi pembelajaran haruslah melalui pendekatan yang berpusat pada anak, dengan pendekatan konstruktivisme, dan berlandaskan pada teori perkembangan anak.
Filosofi dari pendekatan yang berpusat pada anak adalah program yang bertahap dan didasari pada suatu keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan baik jika mereka secara alamiah terlibat dalam proses belajar (Sujiono, 2009 : 203). Dengan demikian anak yang terlibat secara langsung dan alamiah dalam proses belajar tentunya sangat berdampak positif pada perkembangan kognitif maupun psikomotoriknya. Oleh sebab itu semua kegiatan belajar dalam program yang secara sengaja dirancang haruslah berisi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan kognitif, psikomotorik, dan afektif yang baik.
Paham konstruktivisme yang akhir-akhir ini dipandang sebagai paham yang terbaik dalam dunia pendidikan, memandang bahwa pembentukan konsep bagi anak akan lebih bermakna jika anak itu sendiri yang “berinsiatif” membangun pengetahuannya sendiri. Menurut pandangan konstruktivisme seperti yang dikemukakan oleh West & Pines dalam Sutarno (2007 : 8.8) mengemukakan bahwa keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar.
Dalam pandangan konstruktivisme, juga ditekankan tentang peranan sarana belajar. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan pengetahuan (Budiningsih, 2005 : 59-60). Dengan demikian maka isi dari program kegiatan belajar PAUD juga perlu memperhatikan tentang apa yang akan mereka lakukan, mereka lihat, dan yang mereka dengar. Karakter dan kepribadian mereka juga akan terbentuk dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar.
Suatu keyakinan juga bahwa setiap anak yang dilahirkan pasti membawa bakat alamiah. Hal ini terbukti dari lahirnya berbagai insan –sebagai contoh seorang penyanyi- yang walaupun tanpa melalui pendidikan khusus dapat memperlihatkan suara yang merdu dan kemampuan menyanyi yang mempesona. Suatu kenyataan banyak dijumpai anak yang frustasi karena pemaksaan keinginan orang tua atau lingkungan terhadap anak. Untuk itu maka isi dari program kegiatan belajar perlu juga disesuaikan dengan perkembangan mental dan bakat anak sehingga dapat berkembang secara optimal, dan itu semua akan sangat mempengaruhi karakter dan kepribadian anak. Hal-hal inipun perlu diakomdasikan dalam program kegiatan belajar PAUD.
E. SIAPA YANG BERPERAN DALAM PAUD
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sejak dilahirkan seorang bayi pasti memerlukan pendampingan dan bantuan orang lain. Tidak ada seorangpun yang ketika dilahirkan secara langsung melaksanakan aktifitas untuk kebutuhan dirinya sendiri. Oleh karena itu maka peranan orang lain sangatlah dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Jika ditanyakan siapa yang berperan dalam PAUD maka yang terutama adalah orang-orang yang berperan sebagai guru bersama bantuan orang tua/wali anak.
Sebagai oknum-oknum yang berperan dalam PAUD maka sebagai guru perlu memiliki kompetensi khusus mengenai PAUD yang harus ditempuh melalui jalur pendidikan yang dikhususkan untuk tujuan tersebut. Namun tidak sedikit juga lembaga PAUD yang hanya dilaksanakan oleh “guru” yang tidak melalui jalur pendidikan husus. Tentunya hal ini, disatu sisi perlu diberi apresiasi terhadap para guru yang “mampu” melaksanakan tugas itu, tetapi di satu sisi perlu ada kajian terhadap cara, materi, maupun metode yang digunakan karena kekeliruan dalam pelaksanaan program kegiatan belajar dapat mempengaruhi jiwa dan karakter anak.
Disamping guru, orang tua juga sangat besar peranannya dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Dengan demikian kerjasama yang baik, hubungan kemitraan yang sehat haruslah dibentuk dan dibangun oleh guru dan orang tua demi membangun masa depan anak-anak yang berkepribadian dan berkarakter yang baik.
F. PENGARUH PAUD DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN ANAK
Sebagaimana telah diuaraikan diatas mengenai, siapa anak usia dini itu, apa landasan PAUD, apa isi pelaksanaan PAUD, siapa yang berperan dalam PAUD, maka tidak ada alasan lagi untuk memandang bahwa PAUD adalah sesuatu hal yang kurang penting. Tetap sebaliknya PAUD merupakan fondasi yang kuat jika ingin membangun bangsa dan negara, membangun manusia yang seutuhnya, bahkan membangun peradaban dunia.
PAUD walaupun bukan suatu prasyarat dalam memasuki jenjang pendidikan dasar, namun jika dilihat dari kaca mata kemanfaatan PAUD, sudah seharusnya PAUD dijadikan sebagai suatu prasyarat dalam memasuk jenjang pendidikan dasar. Akan lebih mudah mendidikan anak yang sudah terdidik daripada mendidika anak yang tidak atau belum tersentuh dengan layanan pendidikan. Lebih mudah membangun rumah yang sudah berpondasi kuat daripada membangun rumah yang pondasinya masih rapuh, dan PAUD merupakan proses pembentukan pondasi yang kuat itu.
Suatu kenyataan yang pernah di amati oleh penulis, bagaimana seorang anak ang memasuki jenjang pendidikan dasar (SD) yang menangis dan meronta terus ingin didamping oleh orang tuanya, dan bagaimana anak yang sudah terbiasa dalam kegiatan TK yang begitu percaya diri memasuki jenjang Sekolah Dasar. Jadi dari kenyataan itu dapatlah dikatakan bahwa melalui PAUD anak belajar bersosialisasi, menghadapi masalah, berdikari, mandiri, percaya diri, dan sebagainya sebagai modal utama anak memasuki dunia yang lebih kompleks dan luas.
Jadi dalam usaha pembentukan karakter dan kepribadian anak PAUD memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Adalah suatu penyesalan seumur hidup jika anak-anak kita memiliki karakter dan kepribadian yang mengecewakan, tetapi kebahagiaan seumur hidup apabila anak kita memiliki karakter dan kepribadian yang luhur dan mulia. Sungguh begitu pentingnya PAUD bagi kehidupan kita.
G. KESIMPULAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) telah menjadi tanggung jawab bersama, orang tua, masyarakat dan pemerintah sebagai suatu dasar yang kokoh dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun.
Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilandasi oleh (1) landasan yuridis, Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 14; dan pada pasal 28; (2) landasan filosofi dan religi : PAUD pada dasarnya berkembang dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai filosofi dan religius dimana dia bertumbuh berkembang seperti faktor agama, budaya, adat istiadat, sosial, dll.
Isi program kegiatan belajar bagi anak apakah itu TK, RA ataupun KB, dan TPA seharusnya diarahkan untuk pembentukan karakter dan kepribadian anak. Oleh karena itu isi dari program kegiatan belajar haruslah dirancang dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dengan pemberian pengalaman belajar yang membawa anak pada pembentukan pribadi yang baik. Semua kegiatan belajar dalam program haruslah berisi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan kognitif, psikomotorik, dan sikap yang baik.
Disamping guru, orang tua juga sangat besar peranannya dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Kerjasama yang baik, hubungan kemitraan yang sehat haruslah dibentuk dan dibangun oleh guru dan orang tua demi membangun masa depan anak-anak yang berkepribadian dan berkarakter yang baik.
Karena PAUD merupakan fondasi yang kuat jika ingin membangun bangsa dan negara, membangun manusia yang seutuhnya, bahkan membangun peradaban dunia, maka PAUD walaupun bukan suatu prasyarat dalam memasuki jenjang pendidikan dasar, namun jika dilihat dari kaca mata kemanfaatan PAUD, sudah seharusnya PAUD dijadikan sebagai suatu prasyarat dalam memasuki jenjang pendidikan dasar.
H. PENUTUP
Jadi dalam usaha pembentukan karakter dan kepribadian anak PAUD memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Adalah suatu penyesalan seumur hidup jika anak-anak kita memiliki karakter dan kepribadian yang mengecewakan, tetapi kebahagiaan seumur hidup apabila anak kita memiliki karakter dan kepribadian yang luhur dan mulia.

Rabu, 28 April 2010

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (contoh)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP )
SEKOLAH : ………………………..
MATA PELAJARAN : Mulok ( Menyulam)
KELAS/SEMESTER : ……………………………..
TAHUN AJARAN : 2009/2010
ALOKASI WAKTU : 3 X 45 menit (1 X Pertemuan)

A.STANDAR KOMPETENSI :Mengapresiasi kerajinan menyulam.
B.KOMPETENSI DASAR:(1)Mengenal berbagai produk sulaman, (2)Membuat produk sulaman kruissteek
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menjelaskan pengertian menyulam.
Peserta didik dapat menjelaskan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk membuat sulaman kruissteek
Peserta didik dapat menjelaskan langkah-langkah pembuatan produk sulaman kruissteek
Peserta didik dapat mempraktikkan pembuatan produk sulaman kruissteek sesuai teknik dan langkah-langkah pembuatan.

D. MATERI AJAR
(1)Pengertian menyulam : membuat suatu produk hiasan pada media kain secara manual dengan menggunakan jarum tangan.
(2)Peralatan dan bahan yang digunakan untuk menyulam :
Kain stramin
Jarum tangan
Benang berbagai warna
Span
Gunting
Sentimeter

(3)Langkah-langkah pembuatan produk sulaman kruissteek :
Menyelesaikan pinggiran kain stramin
Memilih pola/gambar yang akan disulam.
Menentukan jarak penenpatan pola dari pinggiran kain
Lokasi pola yang akan disulam di tempatkan ada alat span
Memasang benang pada jarum sesuai dengan warna yang akan digunakan
E. METODE PEMBELAJARAN
- Ceramah
- Tanya jawab
- Praktik
F. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran Alokasi waktu
1. Kegiatan awal/Pendahuluan
a. Persiapan :15’
Mengabsensi siswa dan mempersiapkan kesiapan fisik dan mental peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran.
b. Apersepsi :
Guru menanyakan peserta didik tentang berbagai macam produk benda kerajinan sulaman.
c. Motivasi :
Guru memperlihatkan contoh gambar –gambar dan benda sebenarnya produk kerajinan sulaman.


2.Kegiatan Inti
a. Siswa diarahkan memperhatikan penjelasan guru tentang :35’
Pengertian sulaman
Langkah-langkah pembuatan produk sulaman kruissteek :
Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk membuat produk kerajinan sulaman kruissteek.
Fungsi alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat benda kerajinan sulaman.
Dengan bimbingan guru setiap siswa mempraktikkan pembuatan produk kerajinan sulaman kruissteek sesuai Langkah-langkahnya. 60’
3.Kegiatan Penutup
Menyimpulkan :
Guru bersama sisw10’a meresume tentang kerajinan sulaman kruissteek.
Evaluasi formatif :5’
mengevaluasi hasil belajar siswa dengan soal yang disiapkan.
Tindak lanjut :5’
Menugaskan peserta didik untuk mempraktikkan pembuatan sulaman kruissteek di rumah dan melaporkannya pada pertemuan berikutnya.
G. SUMBER / MEDIA PEMBELAJARAN
- Buku “ik kan handwerken” Leiden 1956
- Model sulaman kruissteek
H. PENILAIAN :
(Aspekyang dinilai) (JenisPenilaian) TeknikPenilaian) (Instrumen Penilaian) (keterangan)
Kognitif Hasil Tes Essay (Terlampir)
Psikomotor Proses Non tes Lembar Pengamatan (Terlampir)
Afektif Proses Non tes Lembar Pengamatan (Terlampir)

Soal essay (kogntif) :
Apa yang dimaksud dengan pengertian menyulam? Jelaskan!
Peralatan dan bahan apakah yang diperlukan untuk membuat sulaman kruissteek?
Jelaskan langkah-langkah pembuatan produk sulaman kruissteek!

Selasa, 27 April 2010

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN
Oleh : Aswin H Mondolang
Disampaikan Dalam Kegiatan Diklat Guru Bidang Studi Fisika MA yang dilaksanakan pada tgl. 10 s.d. 19 Maret 2008 di Balai Diklat Keagamaan Paniki Bawah Manado-Sulawesi Utara

PENGANTAR
Dalam kegiatan pembelajaran guru selalu berupaya agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan memanfaatkan media dan sumber pembelajaran untuk keperluan pembelajaran fisika.
Media Pembelajaran
Pengertian Media Pembelajaran
Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Kegunaan Media Pembelajaran
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistik
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra
3. Mengatasi sifat pasif peserta didik
4. Membantu siswa untuk mendapatkan konsep-konsep pengetahuan dengan jelas
5. Menimbulkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
6. Membantu siswa membentuk suatu gambaran yang benar dalam pikirannya serta menguatkan ingatan
7. Guru dapat menggunakan waktu lebih efektif
8. Membantu guru mengatasi materi yang terlalu luas dan padat.
Penggolongan Media Pembelajaran
1. Realthings : manusia atau peristiwa yang sebenarnya terjadi. Pengajar (guru) adalah media yang yang paling utama dalam proses pembelajaran. Ia adalah fasilitator belajar bagi siswa. Sedangkan papan tulis, kapur, pensil, buku tulis, kertas dllnya, adalah benda yang dipergunakan oleh guru atau siswa untuk menuliskan peristiwa yang sedang diajarkan/diinformasikan/dipelajari.
2. Verbalrepresentations : adalah media tulis/cetak, misalnya buku teks, referensi, jurnal, dan bahan bacaan lainnya.
3. Graphic representations : misalnya chart, diagram, gambar ataupun lukisan yang mungkin dipakai dalam buku teks atau bahan bacaan lainnya, transparency overhead projection, instruction program, dan media visual lainnya.
4. Still picture : seperti foto, slide, overhead projector transparency,.
5. Motion picture : film (movie), televise, video tape dengan atau tanpa suara, animasi dll.
6. Audio recording : seperti pita kaset, CD, dllnya.
7. Programming : kumpulan informasi yang berurutan, bisa berbentuk buku teks, dan lebih canggih seperti pembelajaran berbasis computer (CBI) yang telah dikembangkan dengan berbagai model seperti : Computer Assisted Instruction (CAI), Intellegent Computer Assisted (ICA), Computer Assisted Learning (CAL), Intellegent Tutoring System (ITS).
8. Simulations : lebih dikenal dengan istilah simulasi dan game, computer dapat digunakan untuk simulasi.
Prinsip-Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
Beberapa pertanyaan yang dapat mengarahkan pemilihan media pembelajaran, yakni :
1. Apakah sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan ?
2. Apakah sesuai dengan kemampuan dan pola belajar siswa ?
3. Apakah sesuai dengan materi pembelajaran ?
4. Adakah bahan/peralatan untuk menunjang memproduksi program media ?
5. Adakah bahan dan peralatan media itu mudah diperoleh/disediakan ?
6. Apakah tidak ada media atau cara lain yang lebih murah tetapi daya gunanya sama ?
7. Apakah biaya pengadaan dan penggunaannya seimbang dengan manfaat serta hasilnya ?
8. Apakah dipastikan kesahihannya (validitasnya)
Langkah –langkah Pengembangan Media
1. Analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik
2. Merumuskan kompetensi yang akan dicapai
3. Merumuskan pokok-pokok materi pelajaran secara rinci
4. Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
5. Menulis naskah media
6. Mengadakan tes/revisi
Kriteria Pemilihan Media
1. Sesuaikan dengan tujuan pembelajaran
2. Perhatikan tingkat kemampuan siswa/karakteristrik siswa
3. Ketersediaan media
4. Pembiayaan
5. Mutu/kualitas tekniknya

Sumber Belajar
Pengertian Sumber Belajar
Dalam panduan KTSP, Sumber belajar diartikan adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Dalam pedoman umum Pengembangan Bahan Ajar, sumber belajar diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Dari pengertian di atas dapatlah disarikan bahwa semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Kategori Sumber Belajar
1. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku, misalnya : perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam, dan lain sebagainya.
2. Benda yaitu segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, misalnya : situs, candi, dan lain sebagainya.
3. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat belajar sesuatu, misalnya guru, ahli fisika, laboran, dan lain sebagainya.
4. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik, misalnya : buku teks, buku ajar, kamus, ensiklopedia, dan lain sebagainya.
5. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya : bencana alam, tabrakan mobil, dan lain sebagainya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru jika sumber belajar diorganisir melalui suatu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber pengetahuan. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, buku, atau peristiwa dan fakta tidak ada artinya apa-apa.
Bahan Ajar (teaching material)
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun tidak tertulis.
Lebih spesifik bahan ajar dapat diartikan sebagai seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga menjadi sautu sumber belajar yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Fungsi Bahan Ajar
1. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa
2. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus sebagai substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasai
3. Bahan evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Tujuan dan Manfaat Bahan Ajar
a. Tujuan :
1. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu
2. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar
3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
4. Menjadikan kegiatan pembelajaran lebih menarik
b. Manfaat :
1. Membantu guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
2. Dapat dijadikan karya ilmiah
Jenis-jenis bahan ajar (beberapa diantaranya)
1. Handout. Bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Biasanya bersumber dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang akan diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2. Modul. Bahan tertulis yang didisain sedemikian rupa untuk tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Pembelajaran dengan modul memungkinkan peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan.
3. Lembar Kerja Siswa. Berupa lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Langkah-langkah penyusunan bahan ajar :
1. Analisis kurikulum, untuk menentukan kompetensi-kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar dengan cara mempelajari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator yang menandai suatu kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar siswa sehingga dapat diketahui apa jenis dan berapa banyak bahan ajar yang akan disiapkan.
2. Analisis sumber belajar, dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya.
3. Pilih dan tentukan bahan ajar, pilih jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kecocokan dengan kompetensi dasarberdasarkan hasil analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.
Penutup
Salah satu ciri guru yang profesional adalah jika memiliki kompetensi dalam memilih dan mengembangkan media pembelajaran dan memanfaatkan sumber belajar dalam menjalankan profesinya. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas profesinya setiap guru mutlak mengembangkan dirinya, dan salah satunya dengan berkemauan mengembangkan media pembelajaran, memanfaatkan sumber belajar dan mendisain bahan ajar untuk keperluan pembelajaran. Semoga bermanfaat. Terima Kasih.

Minggu, 18 April 2010

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pedoman Praktis Menilai Proposal PTK)

PEDOMAN PRAKTIS
MENILAI PROPOSAL PTK
OLEH :
Aswin H.Mondolang
KOMPONEN PROPOSAL :
A. Judul
B. Latar Belakang Masalah
C. Permasalahan
D. Cara/alternatif pemecahan masalah
E. Tujuan penelitian
F. Manfaat penelitian
G. Kerangka teoritik
H. Metode penelitian
I. Jadwal kegiatan
J. Pembiayaan
K. Daftar pustaka
L. Curriculum vitae
A. JUDUL :
 Tujuan ,
 Cara menyelesaikan masalah
 Tempat penelitian
 (Singkat, jelas, menampilkan sosok PTK)
B. LATAR BELAKANG MASALAH:
 Mendeskripsikan kondisi nyata
 Dukungan penelitian (bila pernah ada)
 Dukungan fakta (dari pengamatan maupun dari kajian pustaka)
 Diuraikan urgensi penanganan permasalahan
C. PERMASALAHAN :
 Diangkat dari masalah keseharian di sekolah
 Layak diselesaikan melalui PTK (dalam jangkauan PTK/guru)
 Hendaknya didahului oleh : identifikasi masalah, analisis masalah, dan refleksi awal, dan diakhiri dengan rumusan masalah
 (sosok PTK secara konsisten tertampilkan)
D. CARA/ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH :
 Memiliki landasan konseptual yang mantap
 Menaati prinsip-prinsip PTK
E. TUJUAN PENELITIAN :
 Konsisten dengan hakekat permasalahan
 Mengarah pada usaha perbaikan (berbeda dengan PF)
F. MANFAAT PENELITIAN:
Diarahkan dengan sasaran :
 Siswa (pewaris langsung)
 Guru (pelaku tindakan)
 Teman sejawat/kolaborator
 Dalam perspektif misi sekolah
G. KERANGKA TEORITIK :
 Berkaitan dengan konteks permasalahan
 Mendukung bentuk tindakan/cara pemecahan masalah
H. METODE PENELITIAN :
 Setting penelitian jelas
 Rencana tindakannya berdaur/siklus
 Data dan cara pengambilannya :
 Sumber data jelas
 Jenis data jelas
 Instrumen (observasi dan evaluasi jelas)
 Indikator/kriteria/ukuran keberhasilannya jelas
I. JADWAL KEGIATAN :
 Dalam bentuk matriks
 Kegiatannya terurut dari awal sampai akhir
 Alokasi waktu dalam satuan minggu/bulan
J. PEMBIAYAAN :
 Jumlahnya sesuai plafond yang ditetapkan (bila disponsori)
 Terinci atas komponen-komponen pembiayaannya
 Dialokasikan secara wajar/sesuai kebutuhan
K. DAFTAR PUSTAKA :
 Sesuai kaidah penulisan karya ilmiah atau sesuai pesan sponsor
L. CURRICULUM VITAE :
 Identitas diri cukup lengkap
 Riwayat pendidikan (sewajarnya)
 Pengalaman meneliti (yang berhubungan)

Komunikasi :
Telepon : (0431)832126/HP.081356024343
e-mail : aswinmondolang@yahoo.co.id
Facebook :aswin mondolang

Jumat, 16 April 2010

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

M A K A L A H
CLASSROOM ACTION RESEARCH
Disampaikan Dalam Kegiatan Seminar Fisika
“Pembelajaran Fisika Berbasis Pengembangan Profesi dan Kompetensi”
17 November 2007
O l e h :
Drs.Aswin H.Mondolang, MPd.
NIP. 131 469 873

I. PENDAHULUAN
Pengaruh aliran Psikologi Kognitif terhadap dunia pendidikan dan makin dihayatinya hak dan kewajiban setiap pihak untuk berperan serta dalam upaya-upaya perbaikan pendidikan, menyebabkan berubahnya pandangan tentang peranan penelitian dalam pendidikan yang bukan hanya untuk pengembangan ilmu tetapi terlebih-lebih juga perbaikan pembelajaran. Para guru tidak dianggap sekadar sebagai penerima pembaharuan tetapi mereka ikut juga bertanggung jawab dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan pembelajaran yang dilakukan terhadap proses pembelajarannya sendiri.
Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan pembelajaran memang merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan, dan salah satu pendekatan pemecahan permasalahan pembelajaran adalah pemanfaatan penelitian pendidikan. Namun sayangnya, berbagai hasil penelitian yang dilakukan di bidang pendidikan selama ini kurang dirasakan dampaknya dalam bentuk peningkatan kualitas pembelajaran di kelas.
Setidaknya ada dua alasan mengapa hasil berbagai penelitian pendidikan tersebut kurang berdampak langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Pertama, penelitian pendidikan itu umumnya dilakukan oleh para pakar atau peneliti baik yang bekerja di berbagai pendidikan tinggi khususnya LPTK maupun pada lembaga-lembaga penelitian yang lainnya, sehingga para guru di sekolah-sekolah hanya menjadi obyek penelitian. Kedua, penyebarluasan (dissemination) hasil penelitian ke kalangan praktisi (guru) memakan waktu yang cukup lama (tahunan).
Oleh sebab itu untuk mengatasi persoalan tersebut di atas agar guru tidak lagi hanya sebagai obyek penelitian tetapi dapat juga menjadi subyek/pelaku penelitian, dan hasil penelitiannya juga sekaligus dirasakan dampaknya bagi pengembangan dirinya maupun kualitas pembelajarannya di kelas, maka salah satu alternative adalah dengan melaksanakan pendekatan penelitian yang berbasis kelas/sekolah yang dikenal dengan bentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang disingkat PTK.

II. KONSEP DASAR DAN PENGERTIAN PTK.
Dunia pendidikan sudah semenjak lama mengalami permasalahan, dari jenjang yang terendah bahkan sampai jenjang yang tertinggi. Khususnya pada jenjang SLTP beragam bentuk ketidak-puasan diarahkan kepada para pengajar/guru. Ada yang mengatakan bahwa guru lebih khusus para guru fisika kurang menguasai metodik-pedagogik bahkan kurang menguasai content instructional atau material instructional sehingga mereka kurang pandai mengajar. Di pihak lain para guru menuding bahwa para muridlah yang kurang pandai, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa memang mata pelajaran fisika itulah yang sulit sehingga sulit mengajarkannya apalagi belajar fisika.
Terlepas dari benar atau tidaknya statement-statement tersebut di atas, kita sebagai pengajar mata pelajaran fisika berkewajiban untuk terus membenahi diri dan berusaha terus menyempurnakan profesionalisme kita karena apapun alasannya tugas guru adalah membuat murid/peserta didik menjadi semakin pandai. Atau dengan kata lain kita haruslah berupaya menemukan pendekatan-pendekatan yang efektif dalam rangka meningkatkan profesionalisme kita sekaligus meningkatkan mutu pembelajaran (fisika) di mana kita bertugas.
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka pendekatan yang dipandang cukup efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian jenis ini sedang berkembang dengan pesatnya di berbagai negara maju seperti Amerika, Australia, Inggris, Canada. Para ahli pendidikan saat ini telah menaruh perhatian yang cukup besar kepada PTK, karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Kelas yang dimaksud disini bukanlah kelas dalam pengertian ruang kelas, tetapi yang meliputi kegiatan pembelajaran dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti : Robert Rapoport (1970), Cohen dan Mantion (1980), Kemmis (1983), Dave Ebbutt (1985), Kemmis & Taggart (1988), Elliot (1991), McNiff (1992) yang kesemuanya memberikan definisi yang mirip satu dengan lainnya. Salah satu dari definisi tersebut adalah yang dikemukakan oleh Stephen Kemmis seperti yang dikutib dalam D.Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide To Classroom Research, Bristol PA, Open University Press, 1993 halaman 44 yang dikutib lagi oleh Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999) menyatakan bahwa Action Research adalah
….a form a self-reflektive inquiry understaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rasionality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations is which practices are carried out.
Dari uraian di atas kita dapat mencermati pengertian PTK secara lebih rinci dan lengkap. Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana peraktek-praktek pembelajaran itu dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK itu dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahap ( gambar 1).





Gambar 1. Kajian berdaur 4 tahap PTK
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan atau ide baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang. Begitulah tahap-tahap kegiatan ini berulang terus, sampai suatu permasalahan dianggap teratasi.
Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK biasa digambarkan dengan sebuah spiral PTK seperti ditunjukkan dalam gambar 2 berikut :

Plan
Reflektif
Action/Observation
Revised Plan
Reflektif
Action/Observation
Revised Plan
Reflektif
Action/Observation

Gambar 2. Spiral Prosedur PTK


III. KARAKTERISTIK DAN PRINSIP-PRINSIP PTK.
Karakteristik pokok PTK meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Bersifat situasional kontekstual, yaitu masalah yang diteliti dan ditindaki berasal dari kelas yang dirasakan sehari-hari oleh guru.
2. PTK tidak dimaksudkan untuk menarik kesimpulan yang akan digeneralisasikan, sehingga tidak perlu memikirkan tentang sampling dan persyaratan analisis statistic inferensial.
3. Kriteria keberhasilan tidak harus diwujudkan dalam bentuk kuantitatif dan/atau kualitatif.
4. Perbandingan hasil atau dampak tindakan dapat dilakukan dengan subyek yang dikenai tindakan itu sendiri dengan melihat perubahan, perbaikan, atau peningkatan yang terjadi dibandingkan dengan kinerjanya sebelum masa pra PTK tanpa harus ada kelompok control seperti yang terdapat pada penelitian eksperimen.
5. PTK dapat bersifat kolaboratif dan partisipatori.

IV. TUJUAN DAN MANFAAT PTK.
Tujuan utama PTK adalah untuk membantu memecahkan masalah prakxis yang dihadapi oleh seorang guru atau sekelompok praktisi (guru dan dosen) untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional atau untuk memperbaiki kinerjanya sendiri.
Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional –guru- dalam menangani pembelajaran, maka bagaimanakah tujuan itu dapat dicapai? Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis situasi atau keadaan, lalu kemudian mencobakan secara sistematis suatu alternative tindakan yang ddapat dipastikan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Manfaat utama PTK secara umum adalah para peneliti –lebih khusus guru- semakin memiliki kemandirian yang didukung oleh rasa percaya diri sehingga akan “lebih berani” mencobakan hal-hal baru yang akan membawa kepada perbaikan kinerja maupun peningkatan hasil kerjanya (proses dan hasil pembelajaran). Apabila hal itu menjadi bagian rutinitas (complacent) dari tugas profesi seorang guru, maka dapatlah dikatakan bahwa “inovasi yang tumbuh dari bawah” seperti itulah yag benar-benar berangkat dari realitas permasalahan yang dihayati oleh guru di kelas/sekolah yang sangat berpeluang untuk memperbaiki kurikulum eksperiensial ke arah yang dikehendaki.

V. BAGAIMANA MEMULAI PTK ?
Untuk dapat melaksanakan PTK, maka ada pertanyaan penting yang perlu dijawab oleh peneliti ( guru dan atau dosen) yang ingin melakukannya. Pertanyaan itu kurang lebih sebagai berikut : “Bagaimana memulai PTK?”, “perlukah PTK dilakukan?”
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka yang pertama-tama harus dimiliki oleh (guru dan atau dosen) ialah perasaan ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan. Manakala guru selalu puas dengan apa yang ia lakukan dalam proses pembelajaran di kelasnya, meskipun sebenarnya terdapat atau bahkan banyak hambatan yang dialami dalam proses itu, sulit kiranya bagi guru tersebut untuk memunculkan pertanyaan seperti di atas yang kemudian akan menggiring dimulainya sebuah PTK.
Oleh sebab itu agar guru dapat menerapkan PTK dalam upayanya untuk memperbaiki dan atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih professional, ia dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang dimiliki dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain guru harus merefleksi, merenung, berpikir balik terhadap apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu memungkinkan guru akan menemukan kelemahan-kelemahan praktek pembelajaran yang selama ini dilakukannya tanpa disadari.

VI. P E N U T U P
Dari uraian singkat di atas dapat dikemukakan beberapa hal penting bahwa dengan kemauan, kemampuan berpikir reflektif serta keberanian melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka penerapannya dapat menjadi :
1. Sebagai alat untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
2. Sebagai alat pelatihan dalam jabatan profesinya sehingga membekali guru dengan ketrampilan, metode dan tehnik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analisisnya dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya.
3. Sevbagai alat untuk memperkenalkan pendekatan tambahan atau inovatif dalam pembelajaran.
4. Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru dilapangan dengan para peneliti/akademisi dari kampus dengan berkolaborasi.

Semoga presentasi ini dapat memberi manfaat.

Referensi

Depdikbud, (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Dirjen Dikti, Proyek PGSM.: Jakarta.
, (1996). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Dirjen Dikti.: Jakarta.
Depdiknas., (2006). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagakerjaan: Jakarta.
-------------
Komunikasi :
Telepon : (0431)832126/HP.081356024343
e-mail : aswinmondolang@yahoo.co.id
Facebook :aswin mondolang

PENDEKATAN SYSTEM DAN MODEL-MODEL DESAIN INSTRUKSIONAL

(Pertemuan II)
PENDEKATAN SYSTEM DAN
MODEL-MODEL DESAIN INSTRUKSIONAL
Lingkup pembahasan
KONSEP PENDEKATAN SISTEM :
 Pengertian istilah
 Unsur-unsur sistem
 Sifat-sifat sistem
 Kegunaan mempelajari sistem
 Keuntungan suatu perencanaan
 Model Perencanaan sistematis
MODEL-MODEL DESAIN INSTRUKSIONAL :
 Model Bela H. Benathy
 Model PPSI
 Model Kemp
 Model Gerlach & Elly
 Model IDI
 Model Briggs
 Model Dick & CareY
 Model Dick & Kemp
Konsep Pendekatan Sistem
 Pengertian istilah
 Unsur-unsur sistem
 Sifat-sifat sistem
 Kegunaan mempelajari sistem
 Keuntungan suatu perencanaan
 Model Perencanaan sistematis

Pengertian beberapa istilah (Gafur, 1986)
Sistem : suatu gabungan dari komponen-komponen yang terorganisir sebagai suatukesatuan, dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Supra sistem : Suatu sistem yang kompleks yang mencakup lebih dari satu sistem sebagai komponennya
Sub sistem : Suatu kesatuan atau kumpulan kesatuan yang merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar yang bisa dibedakan dengan maksud untukkeperluan observasi atau mempelajarinya.
Sistem terbuka : suatu sistem yang dapat menerima input misalnya berupa informasi dari luar sistem
Sistem tertutup : suatu sistem yang tertutup untuk menerima input informasi yang datang dari luar.
Feedback : Informasi yang diperoleh dari hasil pelaksanaan sebelumnya yang berguna ntu perbaikan. Informasi ini berlangsung ters-menerus sepanjang proses berjalan.
Hierarchy : Sekelompok orang, barang atau kegiatan yang diatur secara bertingkat, group atau kelas
Input : Unsur-unsur yang dengannya sumber-sumber diterapkan atau dimanfaatkan.
Output : hasil konversi dari proses suatu sistem yang dihitung sebagai hasil, produk atau keuntungan.
Proses : Penerapan suatu cara dan sarana untuk mencapai suatu hasil atau produk.
Produk : Hasil atau produk akhir.
Systems Approach :
Suatu proses yang dengannya kebutuhan diidentifikasi, problem dipilih, syarat-syarat pemecahan problem diidentifikasi, pemecahan dipilih dari beberapa alternatif, metode dan alat dicari dan diterapkan, hasil dievaluasi, dan revisi yang diperlukan terhadap seluruh bagian dari sistem tersebut dilaksanakan, sedemikian rupa sehingga kebutuhan tersebut dapat tercapai.
Definisi sistem : Suatu “sistem” adalah merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasar atas kebutuhan yang telah ditentukan.
Jadi setiap “sistem” pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari komponen-komponen adalah darahkan untuk menuju tercapainya tujuan tersebut.
Unsur-unsur suatu sistem
1. input (masukan) mis. Sumber,
biaya,
personel
2. output (keluaran) mis. Hasil,
produk,
atau keuntungan
Sifat-sifat suatu sistem
 Terbuka vs tertutup
 Sederhana vs kompleks
 Hidup vs tak hidup
Kegunaan mempelajari system
 Berguna untuk penyusunan perencanaan (planning)
Planning adalah suat proses dan cara berpikir yang dapatmembantu menciptakan hasil yang dharapkan (Ely, 1979)
 Perencanaan penting karena :
• Menghindari keberhasilan yang untung-untungan/mujur- mujuran
• Sebagai alat utk menemukan dan memecahkan masalah
• Untu memanfaatkan sumber secara efektif (tepat guna)
Keuntungan suatu perencanaan
 Perencanaan yang sistematis akan mempunyai daya ramal dan kontrol yang baik.
 Proses ini dapat berjalan dgn baik karena :
 Dirumuskan secara spesifik dan nyata akan kebutuhan (need assissment)
 Menggunakan logika,proses setapa demi setapak, menuju perubahan yang diharapkan
 Memperhatikan macam-macam pendekatan, dan memilih yang sesuai dengan sikon.
 Memperhatikan mekanisme “feedback”
 Menggunakan langkah yang jelas, mudah dikomunikasikan dan dipahami bahkan dilaksanakan oleh orang lain.
Model perencanaan secara sistematis
Menurut Kaufman :

Kuis singkat
Apa komentar Anda terhadap model perencanaan tsb ?
Bandingkan jawaban Anda dengan jawaban berikut :
1. Membutuhkan waktu banyak, tenaga, dan biaya
2.Keadaan bisa berubah disaat proses sedang berjalan.

 Berikan definisi sistem, perencanaan, pendekatan sistem, dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri.
 Berikut ini merupakan contoh unsur suatu sistem. Berikan tanda A bila input, dan B bila output :
………… Sumber
………… Produk
………… Keuntungan
………… Personel
………… Biaya

MODEL-MODEL DESAIN INSTRUKSIONAL
 Model Bela H. Benathy
 Model PPSI
 Model Kemp
 Model Gerlach & Elly
 Model IDI
 Model Briggs
 Model Dick & CareY
 Model Dick & Kemp
Tugas untuk Anda
Anda membagi kelompok dan setiap kelompok memilih salah satu model. Bila ada model lain yang belum dipaparkan Anda dapat memilih model tersebut dan tentunya akan memberikan nilai plus bagi Anda .

Komunikasi :
Telepon : (0431)832126/HP.081356024343
e-mail : aswinmondolang@yahoo.co.id
Facebook :aswin mondolang

Ujian Tengah Semester

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran Fisika

1. Apa yang Anda pahami mengenai tingkat satuan pendidikan. (Berikan jawaban Anda tidak lebih dari 20 kata) 1.
2. Berikan definisi system 2a, perencanaan2b, pendekatan system2c dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri.
3. Apa yang Anda pahami mengenai perencanaan pembelajaran3a dan apa manfaatnya3b , dan apa produknya3c .

Selamat bekerja dengan jujur

kirim jawaban Anda ke alamat email: aswinmondolang@yahoo.co.id
atau FaceBook : aswin mondolang

Perencanaan Pembelajaran Fisika

SILABUS

Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran Fisika
Kode Mata Kuliah :
SKS : 3 SKS
Dosen : Aswin H.Mondolang
Jurusan/Prodi : Fisika / Pendidikan Fisika
Prasyarat : Sudah menempuh mata kuliah :
Strategi Belajar Mengajar
Evaluasi Belajar Mengajar
Waktu Perkuliahan : Kamis, pkl.10.00 – 12.30

Tujuan Mata Kuliah :
Agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengembangkan program pengajaran fisika di sekolah (SMP/SMA/SMK) yang sesuai dengan tuntutan kurikulum sekolah yang bersangkutan.

Deskripsi Mata Kuliah
Perkuliahan ini bertujuan agar mahasiswa memiliki kompetensi dalam mengembangkan program pembelajaran fisika sebagai sintesis kemampuan yang telah dikembangkan dalam perkuliahan sebelumnya. Perkuliahan mata kuliah ini dirancang dalam 4 (empat) scenario pembelajaran, (1) kegiatan perkuliahan diarahkan untuk membangun pemahaman mahasiswa mengenai disain instruksional dan konsep-konsep yang berkaitan dengan perencanaan pembelajaran; (2) kegiatan perkuliahan lebih diarahkan dalam kegiatan mendapatkan data dari lapangan untuk memberi kesempatan kepada mahasiswa mengenal situasi nyata di sekolah, dengan menugaskan berkunjung dan mewawancara personalia sekolah khususnya guru fisika untuk mendapatkan program-program pembelajaran sebagai referensi sekaligus untuk dianalisis berdasarkan kajian teori dan konsep-konsep yang dipelajari dan dipahami; (3) latihan-latihan sebagai bentuk pengembangan dari pemahaman yang diperolehnya untuk membangun kompetensi mahasiswa dalam membuat program pembelajaran mata pelajaran/bidang studi fisika meliputi latihan terbatas menyusun program semester, Silabus, rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS untuk beberapa topik atau pokok bahasan bidang studi fisika SMP/SMA/SMK sesuai dengan kurikulum yang berlaku; dan (4) Kegiatan perkuliahan dalam bentuk simulai program pembelajaran yang dikembangkan dalam scenario 3 dalam kelas, dan menganalisis keterlaksanaannya, dan tindak lanjutnya untuk perbaikan. Penilaian hasil belajar mahasiswa dalam perkuliahan ini meliputi aspek partisipasi mahasiswa dalamperkuliahan, kegiatan kelas penguasaan mahasiswa terhadap materi perkuliahan, laporan analisis hasil observasi lapangan, penyusunan program semester, Silabus, dan RPP+LKS, simulasi dalam menerapkan program pembelajaran, UTS dan UAS (laporan tertulis Program Semester, Silabus, RPP, dan LKS.


Pengalaman Belajar :

Selama mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diwajibkan dalam kegiatan :
a. Perkuliahan teori tentang perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi.
b. Pengumpulan dan analisis data lapangan yang berkaitan dengan penyusunan program semester, silabus, dan RPP di SMP/SMA/SMK.
c. Simulasi mengajar sesuai dengan RPP yang telah disusun.


Evaluasi Hasil Belajar :

Keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahan ini ditentukan oleh prestasi yang bersangkutan dalam :
a. Partisipasi kegiatan kelas (10%) (Tidak aktif = 0; Cukup Aktif = 1; Aktif = 2; Sangat aktif = 3); Sangat aktif sekali = 4)
Ket : TA : selama semester (14x perkuliahan) tidak pernah berpendapat
CA: 1 - 3 dari 14 x pertemuan pernah berpendapat
A : 4 - 7 dari 14x pertemuan pernah berpendapat
SA: 8 - 11 dari 14x pertemuan pernah berpendapat
SAS: 12-14 dari14x pertemuan pernah berpendapat
Penilaian aspek ini dinilai oleh Anda sendiri melalui format yang akan disiapkan secara khusus.
b. Laporan analisis hasil observasi dari SMP/SMA/SMK (10 %) (Tidak ada =0; Cukup baik= 1; Baik = 2; Sangat Baik = 3; Sangat baik sekali = 4)
c. Penyusunan Program semester1, Silabus2, dan RPP3+LKS4 (20%)
(Tidak ada =0; ada 1 komponen = 1; ada 2 komponen = 2; ada 3 komponen = 3; ada 4 komponen = 4)
d. Simulasi dalam menerapkan program pembelajaran dengan menggunakan RPP3 (butir c) (20%) (tidak tampil = 0; tidak sama RPP= 1; cukup sesuai mengikuti RPP = 2; sesuai mengikuti RPP= 3; sangat sesuai RPP = 4);
e. UTS (20%)
f. UAS (20%) berupa laporan kelompok (terbagi dalam 6 kelompok=6 semester SMP/SMA=nilai kooperatif)
g. Nilai akan diumumkan dengan syarat minimal kehadiran 80%

POKOK BAHASAN SETIAP PERTEMUAN :
I) Penyampaian silabus perkuliahan dan menggali data mengenai tipe pemikiran peserta perkuliahan untuk dijadikan dasar dalam menyiasati strategi perkuliahan. Sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam silabus, pada pertemuan ini dikemukakan pula tujuan, ruang lingkup, strategi perkuliahan, penjelasan tentang tugas yang harus dilakukan mahasiswa, ujian yang harus diikuti termasuk jenis soal dan cara menyelesaikan/menjawab pertanyaan, dan sumber-sumber.
II) Pendekatan system dan Model-Model Desain Instruksional
a. Pendekatan sistem
b. Model Bela H. Benathy
c. Model PPSI
d. Model Kemp
e. Model Gerlach & Elly
f. Model IDI
g. Model Briggs
h. Model Dick & Carey
i. Model Dick & Kemp
III) Hakekat Perencanaan Pembelajaran.
a. Pengertian perencanaan & Perencanaan pembelajaran.
b. Karakteristik dan Dimensi Perencanaan Pembelajaran
c. Muatan perencanaan pembelajaran
d. Tujuan & Manfaat perencanaan pembelajaran
e. Produk Perencanaan Pembelajaran
IV) Analisis kurikulum operasional
a. Analisis silabus
b. Analisis RPP
V) Teknik Penulisan Bahan Ajar & Latihan Penulisan salah satu bentuk Bahan Ajar
VI) Pengembangan Perencanaan Pembelajaran
Mengembangkan Silabus dan RPP dengan komponen-komponen brkt:
a. Pengembangan kompetensi dasar
b. Pengembangan Pengalaman Belajar dan scenario pembelajaran
c. Pengembangan Indikator keberhasilan belajar
d. Pengembangan jenis penilaian
e. Penentuan alokasi waktu
f. Penetapan Materi Pembelajaran dan Sumber belajar
g. Pengembangan Media/alat pembelajaran
h. Pengembangan alat evaluasi (kognitif, afektif,psikomotor)
VII) Pengembangan Perencanaan Pembelajaran (lanjutan)
VIII) Ujian Tengah Semester (UTS)
IX) Simulasi Perencanaan Pembelajaran dan Analisis keterlaksanaannya
X) Simulasi Perencanaan Pembelajaran dan Analisis keterlaksanaannya
XI) Simulasi Perencanaan Pembelajaran dan Analisis keterlaksanaannya
XII) Simulasi Perencanaan Pembelajaran dan Analisis keterlaksanaannya
XIII) Simulasi Perencanaan Pembelajaran dan Analisis keterlaksanaannya
XIV) Simulasi Perencanaan Pembelajaran dan Analisis keterlaksanaannya
XV) Simulasi Perencanaan Pembelajaran dan Analisis keterlaksanaannya
XVI) Ujian Akhir Semester (UAS)

Komunikasi :
Telepon : (0431)832126/HP.081356024343
e-mail : aswinmondolang@yahoo.co.id
Facebook :aswin mondolang

DARI CBSA KE SCL, APAKAH SUATU PEMBARUAN ?

PENGANTAR
Dunia pendidikan di negara kita haruslah terus berupaya mengembangkan struktur kurikulum, pendekatan/metode pengajaran yang efisien dan efektif bahkan ekonomis agar dapat menjawab tantangan dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Untuk itu maka sering diadakan studi kasus maupun penelitian-penelitian untuk mencobakan system, struktur, metode yang baru sebagai upaya pembaruan, dan hasil yang terbaik akan diimplementasikan dengan diupayakannya payung hukum sebagai legalitas suatu pembaruan.
Sebagai suatu contoh diterbitkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendibud) No. 0209/U/84 tentang berlakunya Kurikulum 1984 yaitu berlakunya system SKS dengan konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Dengan adanya konsep CBSA maka para praktisi pendidikan seperti para guru secara nasional dilaksanakan pelatihan-pelatihan/penataran-penataran untuk tujuan deseminasi agar setiap guru dapat mengimplementasikannya dalam dunia kerjanya yaitu sekolah/kelas.
KONSEP CBSA
Konsep CBSA tentunya bukanlah hal yang benar-benar baru karena jika ditinjau dari teori-teori belajar dan pembelajaran sebenarnya konsep CBSA sudah menjadi konvensi sebagai suatu konsep yang baik, efektif dan efisien untu diterapkan di sekolah-sekolah. Lihat saja bagaimana teori belajar kognitif serta teori belajar konstruktivistik yang memandang bahwa anak didik atau siswa akan dapat membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya karena para siswa pada hakekatnya telah memiliki kemampuan dalam membangun pengetahuannya sendiri, dan fungsi guru lebih diarahkan dalam tugas memotivasi, fasilitator, dan merancang pembelajaran sedemikian rupa agar proses belajar benar-benar terjadi dalam diri anak.
Pada jamannya konsep CBSA sangat dipandang sebagai suatu konsep yang akan membawa suatu perubahan besar dalam dunia sekolah kita, paling tidak akan membawa dampak yang luar biasa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun setelah berjalan seiring perkembangan waktu dampak dari implementasi konsep CBSA tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan, malah konsep CBSA diplesetkan menjadi “Catat Buku Sampai Akhir”. Mengapa terjadi demikian?, karena para praktisi pendidikan dalam hal ini para guru tidak memiliki bekal kompetensi yang memadai dalam melaksanakannya yang pada akhirnya malah menunjukkan perubahan ke arah berlawanan dengan tujuan utama dari konsep CBSA tersebut.
KONSEP SCL
Dunia pendidikan kita pernah di”hebohkan” dengan model pembelajaran kontekstual atau contextual teaching learning (CTL) sebagai titik awal untuk kembali membangun paradigma pembelajaran yang tujuannya untuk bagaimana meningkatkan prestasi belajar anak bangsa (para siswa) yang tentunya dipayungi oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nsional (UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas). Pada hakekatnya apa yang “dihebohkan” juga dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif dan konstruktivistik yang intinya bagaimana pembelajaran itu akan efektif apabila lebih melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran, atau dengan perkataan lain pembelajaran lebih berpusat pada siswa atau Student Centered Learning (SCL) yang tidak lain juga mengandung “roh CBSA”.
Jika sekarang dalam dunia pendidikan kita khususnya kepada para guru diharuskan untuk menerapkan pembelajaran yang PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) yang semuanya mengarahkan pada terciptanya proses pembelajaran yang berkualitas, tentunya siswalah yang dipandang dan di tempatkan pada focus utama (student centered). Semuanya itu dimaksudkan agar pembelajaran berpihak pada siswa, dan siswalah yang harus aktif dalam proses pembelajaran yang harus difalisitasi oleh guru, karena guru berfungsi seagai faslitator, motivator dsb.
DARI CBSA KE SCL
Memang dalam mengimplementasikan sesuatu hal yang dianggap baru memerlukan waktu yang relative panjang, namun dalam hal-hal yang sebetulnya memiliki kesamaan “roh CBSA” tentunya tidak juga memerlukan penyesuaian yang sulit. Mungkin yang terjadi adalah isu atau persoalan yang di anggap “terlalu” baru sehingga para praktisi pendidikan seperti guru-guru terbentuk image yang terlampau ideal dan besar sehingga dipandang sebagai suatu perubahan atau pembaruan yang ekstrim. Oleh karena itu dalam mendesiminasi hal tersebut sangatlah memerlukan waktu, daya, dan dana yang cukup besar padahal apa yang akan diimplementasikan adalah hal-hal itu juga.
Berdasarkan uraian yang relative singkat ini maka penulis mau menunjukkan bahwa telah terjadi “anomali” dalam menyikapi apa yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan prinsip-prinsip pembelajaran dalam dunia pendidikan kita. Secara kasat mata dapat dikatakan bahwa perubahan paradigma pembelajaran dari konsep CBSA ke SCL merupakan suatu perubahan namun pada esensinya yang memfokuskan pada bagaimana cara siswa belajar sebetulnya belum membawa pada pembaruan.
PENUTUP
Jadi sejak dilaksanakannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pada perkembangannya “disempurnakan” menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) karena dampak dari desentralisasi pengelolaan pendidikan di daerah-daerah, masih meninggalkan pertanyaan besar, yaitu “Apakah perubahan dari konsep CBSA ke SCL adalah suatu Pembaruan?.
Inilah yang dipandang telah terjadi “anomaly” konsep dalam dunia pendidikan kita.

Telepon : (0431)832126/HP.081356024343
email : aswinmondolang@yahoo.co.id
facebook : aswin mondolang