Jumat, 16 April 2010

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

M A K A L A H
CLASSROOM ACTION RESEARCH
Disampaikan Dalam Kegiatan Seminar Fisika
“Pembelajaran Fisika Berbasis Pengembangan Profesi dan Kompetensi”
17 November 2007
O l e h :
Drs.Aswin H.Mondolang, MPd.
NIP. 131 469 873

I. PENDAHULUAN
Pengaruh aliran Psikologi Kognitif terhadap dunia pendidikan dan makin dihayatinya hak dan kewajiban setiap pihak untuk berperan serta dalam upaya-upaya perbaikan pendidikan, menyebabkan berubahnya pandangan tentang peranan penelitian dalam pendidikan yang bukan hanya untuk pengembangan ilmu tetapi terlebih-lebih juga perbaikan pembelajaran. Para guru tidak dianggap sekadar sebagai penerima pembaharuan tetapi mereka ikut juga bertanggung jawab dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan pembelajaran yang dilakukan terhadap proses pembelajarannya sendiri.
Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan pembelajaran memang merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan, dan salah satu pendekatan pemecahan permasalahan pembelajaran adalah pemanfaatan penelitian pendidikan. Namun sayangnya, berbagai hasil penelitian yang dilakukan di bidang pendidikan selama ini kurang dirasakan dampaknya dalam bentuk peningkatan kualitas pembelajaran di kelas.
Setidaknya ada dua alasan mengapa hasil berbagai penelitian pendidikan tersebut kurang berdampak langsung dalam peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Pertama, penelitian pendidikan itu umumnya dilakukan oleh para pakar atau peneliti baik yang bekerja di berbagai pendidikan tinggi khususnya LPTK maupun pada lembaga-lembaga penelitian yang lainnya, sehingga para guru di sekolah-sekolah hanya menjadi obyek penelitian. Kedua, penyebarluasan (dissemination) hasil penelitian ke kalangan praktisi (guru) memakan waktu yang cukup lama (tahunan).
Oleh sebab itu untuk mengatasi persoalan tersebut di atas agar guru tidak lagi hanya sebagai obyek penelitian tetapi dapat juga menjadi subyek/pelaku penelitian, dan hasil penelitiannya juga sekaligus dirasakan dampaknya bagi pengembangan dirinya maupun kualitas pembelajarannya di kelas, maka salah satu alternative adalah dengan melaksanakan pendekatan penelitian yang berbasis kelas/sekolah yang dikenal dengan bentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang disingkat PTK.

II. KONSEP DASAR DAN PENGERTIAN PTK.
Dunia pendidikan sudah semenjak lama mengalami permasalahan, dari jenjang yang terendah bahkan sampai jenjang yang tertinggi. Khususnya pada jenjang SLTP beragam bentuk ketidak-puasan diarahkan kepada para pengajar/guru. Ada yang mengatakan bahwa guru lebih khusus para guru fisika kurang menguasai metodik-pedagogik bahkan kurang menguasai content instructional atau material instructional sehingga mereka kurang pandai mengajar. Di pihak lain para guru menuding bahwa para muridlah yang kurang pandai, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa memang mata pelajaran fisika itulah yang sulit sehingga sulit mengajarkannya apalagi belajar fisika.
Terlepas dari benar atau tidaknya statement-statement tersebut di atas, kita sebagai pengajar mata pelajaran fisika berkewajiban untuk terus membenahi diri dan berusaha terus menyempurnakan profesionalisme kita karena apapun alasannya tugas guru adalah membuat murid/peserta didik menjadi semakin pandai. Atau dengan kata lain kita haruslah berupaya menemukan pendekatan-pendekatan yang efektif dalam rangka meningkatkan profesionalisme kita sekaligus meningkatkan mutu pembelajaran (fisika) di mana kita bertugas.
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka pendekatan yang dipandang cukup efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian jenis ini sedang berkembang dengan pesatnya di berbagai negara maju seperti Amerika, Australia, Inggris, Canada. Para ahli pendidikan saat ini telah menaruh perhatian yang cukup besar kepada PTK, karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Kelas yang dimaksud disini bukanlah kelas dalam pengertian ruang kelas, tetapi yang meliputi kegiatan pembelajaran dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti : Robert Rapoport (1970), Cohen dan Mantion (1980), Kemmis (1983), Dave Ebbutt (1985), Kemmis & Taggart (1988), Elliot (1991), McNiff (1992) yang kesemuanya memberikan definisi yang mirip satu dengan lainnya. Salah satu dari definisi tersebut adalah yang dikemukakan oleh Stephen Kemmis seperti yang dikutib dalam D.Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide To Classroom Research, Bristol PA, Open University Press, 1993 halaman 44 yang dikutib lagi oleh Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999) menyatakan bahwa Action Research adalah
….a form a self-reflektive inquiry understaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rasionality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations is which practices are carried out.
Dari uraian di atas kita dapat mencermati pengertian PTK secara lebih rinci dan lengkap. Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana peraktek-praktek pembelajaran itu dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK itu dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahap ( gambar 1).





Gambar 1. Kajian berdaur 4 tahap PTK
Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan atau ide baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang. Begitulah tahap-tahap kegiatan ini berulang terus, sampai suatu permasalahan dianggap teratasi.
Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK biasa digambarkan dengan sebuah spiral PTK seperti ditunjukkan dalam gambar 2 berikut :

Plan
Reflektif
Action/Observation
Revised Plan
Reflektif
Action/Observation
Revised Plan
Reflektif
Action/Observation

Gambar 2. Spiral Prosedur PTK


III. KARAKTERISTIK DAN PRINSIP-PRINSIP PTK.
Karakteristik pokok PTK meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Bersifat situasional kontekstual, yaitu masalah yang diteliti dan ditindaki berasal dari kelas yang dirasakan sehari-hari oleh guru.
2. PTK tidak dimaksudkan untuk menarik kesimpulan yang akan digeneralisasikan, sehingga tidak perlu memikirkan tentang sampling dan persyaratan analisis statistic inferensial.
3. Kriteria keberhasilan tidak harus diwujudkan dalam bentuk kuantitatif dan/atau kualitatif.
4. Perbandingan hasil atau dampak tindakan dapat dilakukan dengan subyek yang dikenai tindakan itu sendiri dengan melihat perubahan, perbaikan, atau peningkatan yang terjadi dibandingkan dengan kinerjanya sebelum masa pra PTK tanpa harus ada kelompok control seperti yang terdapat pada penelitian eksperimen.
5. PTK dapat bersifat kolaboratif dan partisipatori.

IV. TUJUAN DAN MANFAAT PTK.
Tujuan utama PTK adalah untuk membantu memecahkan masalah prakxis yang dihadapi oleh seorang guru atau sekelompok praktisi (guru dan dosen) untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional atau untuk memperbaiki kinerjanya sendiri.
Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional –guru- dalam menangani pembelajaran, maka bagaimanakah tujuan itu dapat dicapai? Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis situasi atau keadaan, lalu kemudian mencobakan secara sistematis suatu alternative tindakan yang ddapat dipastikan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Manfaat utama PTK secara umum adalah para peneliti –lebih khusus guru- semakin memiliki kemandirian yang didukung oleh rasa percaya diri sehingga akan “lebih berani” mencobakan hal-hal baru yang akan membawa kepada perbaikan kinerja maupun peningkatan hasil kerjanya (proses dan hasil pembelajaran). Apabila hal itu menjadi bagian rutinitas (complacent) dari tugas profesi seorang guru, maka dapatlah dikatakan bahwa “inovasi yang tumbuh dari bawah” seperti itulah yag benar-benar berangkat dari realitas permasalahan yang dihayati oleh guru di kelas/sekolah yang sangat berpeluang untuk memperbaiki kurikulum eksperiensial ke arah yang dikehendaki.

V. BAGAIMANA MEMULAI PTK ?
Untuk dapat melaksanakan PTK, maka ada pertanyaan penting yang perlu dijawab oleh peneliti ( guru dan atau dosen) yang ingin melakukannya. Pertanyaan itu kurang lebih sebagai berikut : “Bagaimana memulai PTK?”, “perlukah PTK dilakukan?”
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka yang pertama-tama harus dimiliki oleh (guru dan atau dosen) ialah perasaan ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan. Manakala guru selalu puas dengan apa yang ia lakukan dalam proses pembelajaran di kelasnya, meskipun sebenarnya terdapat atau bahkan banyak hambatan yang dialami dalam proses itu, sulit kiranya bagi guru tersebut untuk memunculkan pertanyaan seperti di atas yang kemudian akan menggiring dimulainya sebuah PTK.
Oleh sebab itu agar guru dapat menerapkan PTK dalam upayanya untuk memperbaiki dan atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih professional, ia dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang dimiliki dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain guru harus merefleksi, merenung, berpikir balik terhadap apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu memungkinkan guru akan menemukan kelemahan-kelemahan praktek pembelajaran yang selama ini dilakukannya tanpa disadari.

VI. P E N U T U P
Dari uraian singkat di atas dapat dikemukakan beberapa hal penting bahwa dengan kemauan, kemampuan berpikir reflektif serta keberanian melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka penerapannya dapat menjadi :
1. Sebagai alat untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
2. Sebagai alat pelatihan dalam jabatan profesinya sehingga membekali guru dengan ketrampilan, metode dan tehnik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analisisnya dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya.
3. Sevbagai alat untuk memperkenalkan pendekatan tambahan atau inovatif dalam pembelajaran.
4. Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru dilapangan dengan para peneliti/akademisi dari kampus dengan berkolaborasi.

Semoga presentasi ini dapat memberi manfaat.

Referensi

Depdikbud, (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Dirjen Dikti, Proyek PGSM.: Jakarta.
, (1996). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Dirjen Dikti.: Jakarta.
Depdiknas., (2006). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagakerjaan: Jakarta.
-------------
Komunikasi :
Telepon : (0431)832126/HP.081356024343
e-mail : aswinmondolang@yahoo.co.id
Facebook :aswin mondolang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar